
Simak Dampak Meningkatnya Erupsi Gunung Api di BNPB
Letjen TNI Suharyanto dari BNPB mengungkapkan bahwa jumlah bencana akibat erupsi gunung api meningkat pada tahun 2024. Saat berada di Gunung Merapi, Jawa Tengah, beliau menyoroti kejadian-kejadian menonjol seperti di Gunung api Marapi di Sumatera Barat yang baru-baru ini menelan korban hingga 72 orang dan merugikan banyak orang. BNPB telah melakukan kaji cepat dan menemukan bahwa kawasan Gunung api Marapi hanya memiliki dua sabo dam untuk banjir lahar, menyebabkan kerugian besar.
Pemerintah telah menetapkan target untuk membangun 56 sabo dam hingga tahun 2026, yang masih jauh dari jumlah sabo dam yang ada di Gunung api Merapi yang sudah mencapai 200 lebih. Selain itu, Gunung api Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara juga mengalami erupsi pada tahun yang sama. Pemerintah memberikan informasi peringatan dini dan segera mengevakuasi warga, menghindari potensi korban jiwa yang besar.
Di Halmahera Barat, Maluku Utara, Gunungapi Ibu turut mengalami erupsi dan membuat 1500 KK mengungsi. Meskipun statusnya sudah turun menjadi level III, pemerintah setempat tetap melakukan upaya penanganan darurat. Sementara di Nusa Tenggara Timur, Gunung api Lewotobi Laki-Laki dan Ile Lewotolok masih mengalami erupsi dan berstatus level III atau “Siaga”.
BNPB menilai bahwa masyarakat di sekitar Gunung api Merapi patut dijadikan contoh dalam kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana alam. Walaupun masih ada kekurangan, namun mereka dianggap lebih siap daripada masyarakat di sekitar gunung-gunung lainnya di Indonesia. Tujuan BNPB adalah untuk terus meningkatkan pemantauan, pemasangan alat, dan kesiapsiagaan masyarakat agar dapat mengurangi dampak bencana alam di masa depan.