Rupiah Ditutup Melemah, Dolar Naik Jadi Rp 15.860
Nilai tukar rupiah terus merosot di depan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, sementara data Indeks Harga Konsumen (IHK) China menunjukkan penurunan dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Indonesia menguat. Menurut Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah melemah tipis menjadi Rp15.860/US$, turun 0,09% dari sebelumnya. Selama hari ini, nilai tukar rupiah bergerak antara Rp15.875/US$ hingga Rp15.820/US$. Di sisi lain, Dolar AS stagnan di posisi 106,06 pada pukul 15.00 WIB.
Pelemahan rupiah hari ini sejalan dengan data inflasi China yang turun menjadi 0,2%. Hal ini menjadi pertanda negatif bagi ekonomi Indonesia, mengingat China adalah mitra dagang utama. Penurunan ini juga mencerminkan risiko deflasi yang semakin meningkat di negara tersebut. Sementara itu, kinerja ekspor Indonesia juga berpotensi terdampak oleh perlambatan ekonomi China.
Di sisi lain, IKK Indonesia mengalami kenaikan pada November 2024 setelah pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Meskipun sentimen positif dari dalam negeri meningkat, namun belum cukup untuk mendukung kinerja rupiah.
Pasar keuangan Indonesia masih dibayangi ketidakpastian menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (IHK) pada Rabu. Potensi kenaikan inflasi AS dapat mempengaruhi keputusan Federal Reserve terkait suku bunga. Di sisi lain, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed menyusul kenaikan tingkat pengangguran AS.
Kombinasi sentimen global yang tidak mendukung dan tantangan domestik membuat pasar keuangan Indonesia belum mampu bangkit pada hari ini. Perlu adanya langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi tekanan pada rupiah dan memperkuat ekonomi dalam negeri. Semoga dengan adanya langkah-langkah tersebut, pasar keuangan Indonesia dapat pulih dan kembali stabil dalam waktu dekat.